Selasa, 05 Desember 2017

Sejarah Baranusa

SINOPSIS TENTANG KERAJAAN-KERAJAAN DULU
A.     KERAJAAN SIGANG ( KAIMORING )
Nara Sumber               : 1. Rahman Bambali
                                       2. Ali Bambali
                                       3. Bas Mau
Batas-Batasnya
-. Sebelah Timur         : Palingabang dan Kali Sengir
-. Sebelah Barat          : Illa Sisa, Kerajaan Illu, Pantai Didi
-. Sebelah Utara          : Dengan Laut
-. Sebelah Selatan       : Sinjali, Baigang

Pada mulanya Suku Kaimoring datang dari suatu tempat yang bernama Kolirawang.Suku ini datang dengan membawa dua orang isteri yaitu Uaming dan Arangbora dibawah oleh seorang raja yang bernama Le Bani. Akibat bencana alam tsunami (air laut naik kedaratan) sehingga mereka lari menyelamatkan diri menuju suatu tempat diatas bukit bernama Hariopa. Dari Hariopa menuju Liangbalahang. Dari kedua tempat ini mereka merasa kurang mendukung kehidupan sehari-hari maka mereka berpindah lagi ke Karesi. Atas perintah raja bahwa ada suatu tempat yang cocok untuk kehidupan mereka yaitu Sigang dan membentuk masyarakat yang hidup damai dibawah perintah raja  Rupa Take dan selanjutnya kerajaan turun temurun dipimpin oleh raja Awo Kala dan Birang Kala.
Pada zaman raja Awo Kala Birang Kala kehidupan masyarakat Sigang (Kaimoring) mereka belum mengenal api, sehingga mereka masih menggunakan makanan yang tidak memerlukan api untuk memasak. Raja dan masyarakat suatu ketika melihat ada asap mengepul di Komawas yang sudah ada suku Lampuho yang menetap disana, sehingga raja memerintahkan untuk memanggil orang-orang di Komawas yang sudah mengenal api, lalu suku Lampuho bersama orang-orang dari Sigang untuk mengantar api ke Sigang. Mula-mula api itu dibawa dengan menaru diatas kepala, namun terasa panas, sehingga membawanya dengan tangan. Raja menganggap api sangat mahal maka dibayar dengan seorang perempuan. Kedatangan suku Lampuho yang memeliki api ini datang tinggal bersama suku Kaimoring di kerajaan Sigang dan masyarakat Gelubala (Baranusa lama) dan diabadikan dalam sair lagu
Awo Kala Rua Rebong
Lewo Piringsina Mako Jawa
Tana Mako Jawa
Pada tahun 1953 Kepala Daud Sabu dari Tubbe turun minta izin bapak Baku Bambali untuk membuat rumah tinggal yang waktu itu masyarakat sebut Bojang. Karena Bapak Daud Sabu mengetahui sejarah bahwa lokasi Bojang itu adalah tanah milik suku Kaimoring ( Kerajaan Sigang ) .
Dari keturunan raja Awo Kala dan Birang Kala membentuk masyarakat di sebut suku Kaimoring. Dari suku Kaimoring ini sampai sekarang hidup membentuk masyarakat yang turun temurun hidup di Pulau Kura bersama masyarakat Baranusa yang pindah dari kampung lama ( Baranusa lama). Pada tahun 1996 masyarakat Pulau Kura memisahkan diri dari Pemerintahan Desa Baraler dan membentuk sebuah desa yang diberinama Desa Piring Sina.

B.      KERAJAAN ALLANG.
Nara Sumber               : Takdir Telu
Batas-batasnya
-. Sebelah Barat          : Kerbau Koleng ( Pering Guung Luk),Katahang Wutung,  
                                      Tapistaro
-. Sebelah Timur         : Palingabang, Kaumerang (tari tobi), murimerang,
                                       siangmerang (suku belasing)
.- Sebelah Selatan       : Laut ( Kerajaan Sigang )
-. Sebelah Utara          : Katoru, Bungabali

Kerajaan Allang ini adalah suatu kerajaan yang letak berdekatan dengan kerajaan Baranusa dan kerajaan Sigang. Kehidupan masyarakat dalam pergaulan sehari-hari saling ketergantungan,  baik ekonomi, social budaya, maupun hubungan kekeluargaan sangat erat, dan juga sering saling membantu dalam keamanan kerajaan masing-masing.
Hubungan kekerabatan yang demikian erat ini sehingga raja Allang memberikan sebagian wilayah kepada Suku  ( Lallang ) di masyarakat Baranusa yaitu;
-. Ku merang dan Bota merang kepada suku Sandiata yaitu Minta Molang dan Mau
    Bura
-. Katahangwutung dan Tapis taro kepada Raja Baranusa
-. Katoru, bunga bali dan siang merang kepada suku Uma Puko
Menurut cerita  turunan suku Allang bahwa moyang mereka (Blegur Lama Tung) dari Kolirawang kemudian berpindah dari beberapa tempat dan berdiam di Allang Abangtannang bersama dengan orang-orang Tubal. Kehidupan ini berjalan dan akibat lokasi wilayah ini sangat sempit dan masyarakatnya bertambah maka orang-orang (suku tubal) berpindah bersama Raja Adam Boling Sang menuju Illamuri dan menetap disana dan membentuk Kerajaan Tubal( Menurut panggilan orang di pantai ) .Masyarakat Allang berpindah dan menetap di Pering guung luk (Kerbau Koleng) dan membentuk suatu kerajaan yang kita sebut Kerajaan Allang. Hingga kini masyarakat Allang berdiam dan tinggal bersama masyarakat Baranusa membentuk suku Allang.



C.      KERAJAAN ILLU
Nara Sumber               : 1. Idris Laumalang
                                      2. Fathur Laumalang
Batas-batasnya
-. Sebelah Barat          : Wato Swaki mau peni, didi, oangkobang
-. Sebelah Timur         : Kerajaan Sigang ( Kaimoring )
-. Sebelah Utara          : Kerajaan Baranusa
-. Sebelah Selatan       : Kerajaan Tubal (Kua) : Raja Adam Boling Sang

Tuturan sejarah orang-orang tua bahwa masyarakat Illu mula-mula datang dari suatu tempat yang bernama Tonu. Kemudian dati Tonu berpindah ke Mosusu, dari Mosusu lari ke Mosuki dan menetap di Sukilari yang artinya Batu lari.
Dari mitos Sukilari (Batu lari ) inilah awal mulanya penduduk dan masyarakat Illu perkembangannya lebih cepat sehingga menguasai dan mendiami tanah / lokasi sampai ke pantai didi dan Oang kobang.
Akibat pesatnya penduduk masyarakat Illu ini maka orang-orang Kua/Tubal merasa terancam dan mencari jalan tipu muslihat, apa yang membuat sehingga orang-orang Illu begini banyak; tentu ada rahasianya maka untuk menggalkan pertumbuhan orang-orang Illu maka batu lari atau suki lari ini dibalik dari tempat yang ditanam yaitu bagian atas ditanam kedalam tanah dan bagian bawa dalam tanah dibalik ke atas. Hal ini membuat suki lari ini tidak bisa berbuat apa-apa lagi sehingga penduduk Illu makin hari makin berkurang bahkan sampai hampir hilang semua. Akhirnya Raja Amun Tei dan raknyatnya berpindah ke utara yaitu dari Mosusu ke Abang Boling dan dari Abang Boling berpindah ke Isi Abang kemudian ke Abang Timu Tolang ke Illu Kappa ( Durikolang ) sampai sekarang. Pada tahun 1996 masyarakat Illu memisahkan diri dari Pemerintahan Desa Baraler dan membentuk sebuah desa yang diberinama Desa Illu.














D.     KERAJAAN BARANUSA
Nara Sumber               : 1. H. Abusalim Baso
                                      2. H. Syarif B. Lelang

Batas-batasnya :
-. Sebelah Barat          : Kerajaan Illu
-. Sebelah Timur         : Kerajaan Allang, Deing
-. Sebelah Utara          : Laut
-. Sebelah Selatan       : Kerajaan Sigang

Masyarakat Baranusa datang dari Pandai   + 1520 , kehidupan dengan keluarga masyarakat Pandai berjalan dari tahun ke tahun bahkan ratusan tahun sehingga lokasi pemukiman kurang menjamin maka Raja Boli Tonda mengambil sikap untuk berpindah ke arah barat.
Mula-mula dari pandai menuju dan menetap di Tobi Tambur (Tobi tallo ) kemudian berpindah lagi ke Aularang. Di Aularang inilah Raja Boli Tonda bertemu dengan orang- orang yang datang dari Tonu yaitu Subarang Boling, Subarang Ang dan Subarang Eka. Di Aularang ini juga Raja Boli Tonda bertemu juga orang-orang yang datang dari Maluku atau Mandawala. Kemudian dari Aularang Raja Boli Tonda dan masyarakatnya menuju ke Abangmewasing. Di tempat ini sempat mereka ingin mengikuti jejak leluhur mereka ke tanah Jawa, maka atas inisiatif Raja Boli Tonda untuk membuat perahu yang diberi nama Susun Dara. Perahu Sususn Dara ini terbuat dari kayu putih dan tidak dipakal ( Sumbat sela-sela papan ) maka perahunya tidak berlabuh dengan baik.
Raja Boli Tonda dari Abangmewasing berpindah lagi ke Bagang dengan membawa perahu Susun Dara untuk diperbaiki lagi. Peristiwa Persinggahan dilukiskan dalam syair :
Timu keti nau saka kame tena bambo duli
Kalang lelang lodo, Kalang balu Bagang wai leing
Sementara Raja Boli Tonda dan rombongan memperbaiki perahu Susun Dara yang rusaknya sangat parah. Orang-orang pribumi Suku Allang mencari meti (ikan) melihat kondisi Raja Boli Tonda dan rombongannya cukup menderita, dilukiskan dalam syair:
Bang boru keti ludu, golo lau welang
Nebo kolo Bagang nubi lolong, nebo pajong weking
Berita tentang Raja Boli Tonda dan rombongan ini tersiar sampai di kerajaan Sigang. Raja Awo Kala dan Birang Kala mengutus orangnya untuk meminta Raja Boli Tonda dan rombongannya datang di Sigang. Atas permintaan Raja Sigang ini maka Raja Boli Tonda memenuhinya dan datang bertemu dengan raja Sigang. Sebelumnya sudah ada Imam Mukhtar dari Maluku dan Bate Loi sudah mengajarkan agama Islam di Sigang dan di tempat  mengajar orang-orang Sigang untuk mengaji di sebut  Abang Koraa.
Raja Sigang melihat bahwa Imam Mukhtar, Bate Loi dan rombongan Raja Boli Tonda juga bersama-sama dengan Abdullah Dailang dari Maluku, sehingga raja Sigang melihat kondisi masyarakat pendatang ini sudah maju maka diberi tempat tinggal untuk mereka berdiam sebagai masyarakat baru yaitu tanah Gelu Bala ( Baranusa Lama ).
Dari tanah Gelu Bala ( Baranusa Lama ) inilah Kerajan Baranusa mulai berkembang dan melebarkan sayapnya.
Pada suatu masa dimana terjadi pertempuran antara Kalondama dengan Tubal, Kalondama minta bantuan Mauta, Illu, Beangada dan Baranusa di bawah pimpinan Raja Boli Tonda II. Dalam peperangan itu kerajaan Tubal kalah dan Raja Mau Ribu lari minta perlindungan pada Kerajaan Blagar di Pantar Timur. Raja Tubal ( Mau Ribu ) hidup dalam pengasingan dalam kurun waktu yang tidak terbatas. Raja Baranusa (Boli Tonda II ) yang mengirim tongkat dan topi kerajaan melalui utusan raja untuk meminta Raja Mau Ribu ke Kerajaannya untuk hidup bersama rakyatnya.
Sekembalinya Raja Mau Ribu ke Kerajaannya (kampung halamannya) Amu Bayang tidak setuju dengan alasan bahwa Tube sudah kala perang ( Nuho Leti Bayang ) maka seluruh tanah dan mamar milik Tubal menjadi milik Kalondama, memang kalau Mau Ribu kembali ke kampung halamannya seperti sedia kala, maka Mau Ribu harus membayar 10 moko pung kepada kami ( Amu Bayang ). Permintaan ini dalam pantun adat :
Kuang ke nuku somba Amu Bayang
Am Bannang tena walling teggang
Untuk menjawab tuntutan Amu Bayang ini, maka Raja Baranusa ( Boli Tonda II ) mengumpulkan semua suku-suku yang berada, agar masing-masing suku mengumpulkan 10 moko pung untuk serahkan kepada Amu Bayang agar saudara kita dari Tubal ini bisa kembali tinggal di tanah dan mamar mereka.

Suku-suku yang menyerahkan moko pung yaitu

1.      Suku Uma Peing 1 moko pung
2.      Suku Uma Manung 1 moko pung
3.      Suku Uma Kisu 1 moko pung
4.      Suku Uma Aring 1 moko pung
5.      Suku Wutung Wala 1 moko pung
6.      Suku Sanjata Uma Kakatua 1 moko pung
7.      Suku Sanjata Uma Beba 1 moko pung
8.      Suku Sanjata Uma Tukang 1 moko pung
9.      Suku Maloku Being Uma 1 moko pung
10.  Suku Maloku Uma Du 1 moko pung
Karena merasa hubungan bela dengan Tubal maka Suku Lamahala juga menambah 1 moko pung, sehingga jumlah moko yang dikumpulkan menjadi 11 moko.
Dari 11 moko pung ini diserahkan kepada Amu Bayang barulah Raja Mau Ribu bersama seluruh rakyatnya bisa  tinggal di wilayah Tubal.
Pada masa pemerintahan Kerajaan Baranusa Raja Koliamang Baso menjaga hubungan gunung-pantai menjadi akrab dan harmonis maka Kapitang Minta Molang (Suku Sanjata) diganti oleh Ibrahim Amu Blegur dari Kalondama.
Hubungan  keakraban ini menjadi sebutan keluarga Kaka Adik, Kalondama- Baradama, Kalondama- Ekadama . Hubungan Suku Sanjata Baranusa dengan Kalondama ( Subang Pating )
Pada masa Raja Koliamang Baso oleh Pemerintah Belanda membentuk Pemrintahan Tamukung ( + 1889 – 1926 ) ada 8 Ketemukungan masing-masing dengan batas-batas wilayahnya .
1.      Tamukung Baranusa berbatasan dengan Tamukung Kabir di Waileing  ( Tamukung Lalang Sir )
2.      Tamukung Baranusa berbatasan dengan Tamukung Deing di Sawang Gasomba (Tamukung Koli Mang )
3.      Tamukung Baranusa berbatasan dengan Tamukung Tubal di Tanah Meang,oang kobang, gasomba (Sanabu) dan Luang Tena ( Tamukung Illu Nasaku )
4.      Tamukung Baranusa berbatasan dengan Tamukung Kalondama di Debing Alu (Tamukung D.A. Blegur )
5.      Tamukung Baranusa berbatasan dengan Tamukung Leer di Illakula, Mo dung-dung ( Tamukung Wali Tung )
6.      Tamukung Baranusa berbatasan dengan  Tamukung Marica di Tulai ( Tamukung Timu Gorang )

Kemudian Pulau Lapang  dan Pulau Batang adalah bagian dari wilayah Tamukung Baranusa.

1 komentar: