SINOPSIS
TENTANG KERAJAAN-KERAJAAN DULU
A.
KERAJAAN SIGANG (
KAIMORING )
Nara Sumber
: 1. Rahman Bambali
2. Ali Bambali
3. Bas Mau
Batas-Batasnya
-. Sebelah Timur :
Palingabang dan Kali Sengir
-. Sebelah Barat :
Illa Sisa, Kerajaan Illu, Pantai Didi
-. Sebelah Utara :
Dengan Laut
-. Sebelah Selatan :
Sinjali, Baigang
Pada mulanya Suku
Kaimoring datang dari suatu tempat yang bernama Kolirawang.Suku ini datang
dengan membawa dua orang isteri yaitu Uaming
dan Arangbora dibawah oleh seorang raja
yang bernama Le Bani. Akibat bencana
alam tsunami (air laut naik kedaratan) sehingga mereka lari menyelamatkan diri
menuju suatu tempat diatas bukit bernama Hariopa. Dari Hariopa menuju
Liangbalahang. Dari kedua tempat ini mereka merasa kurang mendukung kehidupan
sehari-hari maka mereka berpindah lagi ke Karesi. Atas perintah raja bahwa ada
suatu tempat yang cocok untuk kehidupan mereka yaitu Sigang dan membentuk
masyarakat yang hidup damai dibawah perintah raja Rupa
Take dan selanjutnya kerajaan turun
temurun dipimpin oleh raja Awo Kala
dan Birang Kala.
Pada zaman raja Awo Kala Birang Kala kehidupan
masyarakat Sigang (Kaimoring) mereka belum mengenal api, sehingga mereka masih
menggunakan makanan yang tidak memerlukan api untuk memasak. Raja dan masyarakat
suatu ketika melihat ada asap mengepul di Komawas yang sudah ada suku Lampuho
yang menetap disana, sehingga raja memerintahkan untuk memanggil orang-orang di
Komawas yang sudah mengenal api, lalu suku Lampuho bersama orang-orang dari
Sigang untuk mengantar api ke Sigang. Mula-mula api itu dibawa dengan menaru
diatas kepala, namun terasa panas, sehingga membawanya dengan tangan. Raja
menganggap api sangat mahal maka dibayar dengan seorang perempuan. Kedatangan
suku Lampuho yang memeliki api ini datang tinggal bersama suku Kaimoring di
kerajaan Sigang dan masyarakat Gelubala (Baranusa lama) dan diabadikan dalam
sair lagu
Awo Kala Rua Rebong
Lewo Piringsina Mako Jawa
Tana Mako Jawa
Pada tahun 1953 Kepala
Daud Sabu dari Tubbe turun minta izin bapak Baku Bambali untuk membuat rumah
tinggal yang waktu itu masyarakat sebut Bojang. Karena Bapak Daud Sabu
mengetahui sejarah bahwa lokasi Bojang itu adalah tanah milik suku Kaimoring (
Kerajaan Sigang ) .
Dari keturunan raja Awo Kala dan Birang Kala membentuk masyarakat di sebut suku Kaimoring. Dari suku
Kaimoring ini sampai sekarang hidup membentuk masyarakat yang turun temurun
hidup di Pulau Kura bersama masyarakat Baranusa yang pindah dari kampung lama (
Baranusa lama). Pada tahun 1996 masyarakat Pulau Kura memisahkan diri dari
Pemerintahan Desa Baraler dan membentuk sebuah desa yang diberinama Desa Piring
Sina.
B.
KERAJAAN ALLANG.
Nara Sumber :
Takdir Telu
Batas-batasnya
-. Sebelah Barat :
Kerbau Koleng ( Pering Guung Luk),Katahang Wutung,
Tapistaro
-. Sebelah Timur :
Palingabang, Kaumerang (tari tobi), murimerang,
siangmerang (suku belasing)
.- Sebelah Selatan :
Laut ( Kerajaan Sigang )
-. Sebelah Utara :
Katoru, Bungabali
Kerajaan Allang ini adalah
suatu kerajaan yang letak berdekatan dengan kerajaan Baranusa dan kerajaan
Sigang. Kehidupan masyarakat dalam pergaulan sehari-hari saling
ketergantungan, baik ekonomi, social
budaya, maupun hubungan kekeluargaan sangat erat, dan juga sering saling
membantu dalam keamanan kerajaan masing-masing.
Hubungan kekerabatan yang
demikian erat ini sehingga raja Allang memberikan sebagian wilayah kepada
Suku ( Lallang ) di masyarakat Baranusa
yaitu;
-. Ku merang dan Bota
merang kepada suku Sandiata yaitu Minta Molang dan Mau
Bura
-. Katahangwutung dan
Tapis taro kepada Raja Baranusa
-. Katoru, bunga bali dan
siang merang kepada suku Uma Puko
Menurut cerita turunan suku Allang bahwa moyang mereka (Blegur Lama Tung) dari Kolirawang
kemudian berpindah dari beberapa tempat dan berdiam di Allang Abangtannang
bersama dengan orang-orang Tubal. Kehidupan ini berjalan dan akibat lokasi
wilayah ini sangat sempit dan masyarakatnya bertambah maka orang-orang (suku
tubal) berpindah bersama Raja Adam Boling Sang menuju Illamuri dan menetap
disana dan membentuk Kerajaan Tubal( Menurut panggilan orang di pantai ) .Masyarakat
Allang berpindah dan menetap di Pering guung luk (Kerbau Koleng) dan membentuk
suatu kerajaan yang kita sebut Kerajaan Allang. Hingga kini masyarakat Allang
berdiam dan tinggal bersama masyarakat Baranusa membentuk suku Allang.
C.
KERAJAAN ILLU
Nara Sumber : 1. Idris Laumalang
2. Fathur Laumalang
Batas-batasnya
-. Sebelah Barat :
Wato Swaki mau peni, didi, oangkobang
-. Sebelah Timur :
Kerajaan Sigang ( Kaimoring )
-. Sebelah Utara :
Kerajaan Baranusa
-. Sebelah Selatan :
Kerajaan Tubal (Kua) : Raja Adam Boling Sang
Tuturan sejarah orang-orang tua bahwa masyarakat Illu
mula-mula datang dari suatu tempat yang bernama Tonu. Kemudian dati Tonu
berpindah ke Mosusu, dari Mosusu lari ke Mosuki dan menetap di Sukilari yang
artinya Batu lari.
Dari mitos Sukilari (Batu
lari ) inilah awal mulanya penduduk dan masyarakat Illu perkembangannya lebih
cepat sehingga menguasai dan mendiami tanah / lokasi sampai ke pantai didi dan
Oang kobang.
Akibat pesatnya penduduk
masyarakat Illu ini maka orang-orang Kua/Tubal merasa terancam dan mencari
jalan tipu muslihat, apa yang membuat sehingga orang-orang Illu begini banyak;
tentu ada rahasianya maka untuk menggalkan pertumbuhan orang-orang Illu maka
batu lari atau suki lari ini dibalik dari tempat yang ditanam yaitu bagian atas
ditanam kedalam tanah dan bagian bawa dalam tanah dibalik ke atas. Hal ini
membuat suki lari ini tidak bisa berbuat apa-apa lagi sehingga penduduk Illu
makin hari makin berkurang bahkan sampai hampir hilang semua. Akhirnya Raja
Amun Tei dan raknyatnya berpindah ke utara yaitu dari Mosusu ke Abang Boling
dan dari Abang Boling berpindah ke Isi Abang kemudian ke Abang Timu Tolang ke
Illu Kappa ( Durikolang ) sampai sekarang. Pada tahun 1996 masyarakat Illu
memisahkan diri dari Pemerintahan Desa Baraler dan membentuk sebuah desa yang
diberinama Desa Illu.
D.
KERAJAAN BARANUSA
Nara Sumber :
1. H. Abusalim Baso
2. H. Syarif B. Lelang
Batas-batasnya :
-. Sebelah Barat :
Kerajaan Illu
-. Sebelah Timur :
Kerajaan Allang, Deing
-. Sebelah Utara :
Laut
-. Sebelah Selatan :
Kerajaan Sigang
Masyarakat Baranusa datang
dari Pandai + 1520 , kehidupan
dengan keluarga masyarakat Pandai berjalan dari tahun ke tahun bahkan ratusan
tahun sehingga lokasi pemukiman kurang menjamin maka Raja Boli Tonda mengambil
sikap untuk berpindah ke arah barat.
Mula-mula dari pandai
menuju dan menetap di Tobi Tambur (Tobi tallo ) kemudian berpindah lagi ke
Aularang. Di Aularang inilah Raja Boli Tonda bertemu dengan orang- orang yang
datang dari Tonu yaitu Subarang Boling, Subarang Ang dan Subarang Eka. Di
Aularang ini juga Raja Boli Tonda bertemu juga orang-orang yang datang dari
Maluku atau Mandawala. Kemudian dari Aularang Raja Boli Tonda dan masyarakatnya
menuju ke Abangmewasing. Di tempat ini sempat mereka ingin mengikuti jejak
leluhur mereka ke tanah Jawa, maka atas inisiatif Raja Boli Tonda untuk membuat
perahu yang diberi nama Susun Dara. Perahu Sususn Dara ini terbuat dari kayu
putih dan tidak dipakal ( Sumbat sela-sela papan ) maka perahunya tidak
berlabuh dengan baik.
Raja Boli Tonda dari
Abangmewasing berpindah lagi ke Bagang dengan membawa perahu Susun Dara untuk
diperbaiki lagi. Peristiwa Persinggahan dilukiskan dalam syair :
Timu keti nau saka kame
tena bambo duli
Kalang lelang lodo, Kalang
balu Bagang wai leing
Sementara Raja Boli Tonda
dan rombongan memperbaiki perahu Susun Dara yang rusaknya sangat parah.
Orang-orang pribumi Suku Allang mencari meti (ikan) melihat kondisi Raja Boli
Tonda dan rombongannya cukup menderita, dilukiskan dalam syair:
Bang boru keti ludu, golo
lau welang
Nebo kolo Bagang nubi
lolong, nebo pajong weking
Berita tentang Raja Boli
Tonda dan rombongan ini tersiar sampai di kerajaan Sigang. Raja Awo Kala dan
Birang Kala mengutus orangnya untuk meminta Raja Boli Tonda dan rombongannya
datang di Sigang. Atas permintaan Raja Sigang ini maka Raja Boli Tonda
memenuhinya dan datang bertemu dengan raja Sigang. Sebelumnya sudah ada Imam
Mukhtar dari Maluku dan Bate Loi sudah mengajarkan agama Islam di Sigang dan di
tempat mengajar orang-orang Sigang untuk
mengaji di sebut Abang Koraa.
Raja Sigang melihat bahwa
Imam Mukhtar, Bate Loi dan rombongan Raja Boli Tonda juga bersama-sama dengan
Abdullah Dailang dari Maluku, sehingga raja Sigang melihat kondisi masyarakat
pendatang ini sudah maju maka diberi tempat tinggal untuk mereka berdiam
sebagai masyarakat baru yaitu tanah Gelu Bala ( Baranusa Lama ).
Dari tanah Gelu Bala (
Baranusa Lama ) inilah Kerajan Baranusa mulai berkembang dan melebarkan
sayapnya.
Pada suatu masa dimana
terjadi pertempuran antara Kalondama dengan Tubal, Kalondama minta bantuan
Mauta, Illu, Beangada dan Baranusa di bawah pimpinan Raja Boli Tonda II. Dalam
peperangan itu kerajaan Tubal kalah dan Raja Mau Ribu lari minta perlindungan
pada Kerajaan Blagar di Pantar Timur. Raja Tubal ( Mau Ribu ) hidup dalam
pengasingan dalam kurun waktu yang tidak terbatas. Raja Baranusa (Boli Tonda II
) yang mengirim tongkat dan topi kerajaan melalui utusan raja untuk meminta
Raja Mau Ribu ke Kerajaannya untuk hidup bersama rakyatnya.
Sekembalinya Raja Mau Ribu
ke Kerajaannya (kampung halamannya) Amu Bayang tidak setuju dengan alasan bahwa
Tube sudah kala perang ( Nuho Leti Bayang ) maka seluruh tanah dan mamar milik
Tubal menjadi milik Kalondama, memang kalau Mau Ribu kembali ke kampung
halamannya seperti sedia kala, maka Mau Ribu harus membayar 10 moko pung kepada
kami ( Amu Bayang ). Permintaan ini dalam pantun adat :
Kuang ke nuku somba Amu
Bayang
Am Bannang tena walling
teggang
Untuk menjawab tuntutan
Amu Bayang ini, maka Raja Baranusa ( Boli Tonda II ) mengumpulkan semua
suku-suku yang berada, agar masing-masing suku mengumpulkan 10 moko pung untuk
serahkan kepada Amu Bayang agar saudara kita dari Tubal ini bisa kembali
tinggal di tanah dan mamar mereka.
Suku-suku yang menyerahkan
moko pung yaitu
1. Suku Uma Peing 1 moko pung
2. Suku Uma Manung 1 moko
pung
3. Suku Uma Kisu 1 moko pung
4. Suku Uma Aring 1 moko pung
5. Suku Wutung Wala 1 moko
pung
6. Suku Sanjata Uma Kakatua 1
moko pung
7. Suku Sanjata Uma Beba 1
moko pung
8. Suku Sanjata Uma Tukang 1
moko pung
9. Suku Maloku Being Uma 1
moko pung
10. Suku Maloku Uma Du 1 moko
pung
Karena merasa hubungan
bela dengan Tubal maka Suku Lamahala juga menambah 1 moko pung, sehingga jumlah
moko yang dikumpulkan menjadi 11 moko.
Dari 11 moko pung ini
diserahkan kepada Amu Bayang barulah Raja Mau Ribu bersama seluruh rakyatnya bisa
tinggal di wilayah Tubal.
Pada masa pemerintahan
Kerajaan Baranusa Raja Koliamang Baso menjaga hubungan gunung-pantai menjadi
akrab dan harmonis maka Kapitang Minta Molang (Suku Sanjata) diganti oleh
Ibrahim Amu Blegur dari Kalondama.
Hubungan keakraban ini menjadi sebutan keluarga Kaka
Adik, Kalondama- Baradama, Kalondama- Ekadama . Hubungan Suku Sanjata Baranusa
dengan Kalondama ( Subang Pating )
Pada masa Raja Koliamang
Baso oleh Pemerintah Belanda membentuk Pemrintahan Tamukung ( + 1889 –
1926 ) ada 8 Ketemukungan masing-masing dengan batas-batas wilayahnya .
1. Tamukung Baranusa berbatasan
dengan Tamukung Kabir di Waileing (
Tamukung Lalang Sir )
2. Tamukung Baranusa
berbatasan dengan Tamukung Deing di Sawang Gasomba (Tamukung Koli Mang )
3. Tamukung Baranusa
berbatasan dengan Tamukung Tubal di Tanah Meang,oang kobang, gasomba (Sanabu)
dan Luang Tena ( Tamukung Illu Nasaku )
4. Tamukung Baranusa
berbatasan dengan Tamukung Kalondama di Debing Alu (Tamukung D.A. Blegur )
5. Tamukung Baranusa
berbatasan dengan Tamukung Leer di Illakula, Mo dung-dung ( Tamukung Wali Tung
)
6. Tamukung Baranusa
berbatasan dengan Tamukung Marica di
Tulai ( Tamukung Timu Gorang )
Kemudian Pulau Lapang dan Pulau Batang adalah bagian dari wilayah
Tamukung Baranusa.
Hahahahhahahahhahaha lucu
BalasHapus